Senin, 23 Maret 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA ROTASI

Penelitian ini dilakukan untuk menjajagi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan tipe Jigsaw dalam pembelajaran fisika di SMA. Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian randomized pretest-posttest comparison group design.Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir keatif siswa digunakan metode penelitian eksperimen dengan dua perlakuan. Kelompok eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen 2 mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw digunakan metode penelitian deskriptif.

Untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang menjadi fokus penelitian tersebut, digunakan beberapa macam instrumen penelitian, yakni; (1) tes pemahaman konsep berbentuk tes obyektif, (2) tes keterampilan berpikir kreatif berbentuk tes obyekitf, (3) angket (kuesioner) untuk menggali tanggapan/respon siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw serta penggunaannya.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal pemahaman konsep dinamika rotasi untuk kelompok eksperimen model Jigsaw adalah 0,45 dan untuk kelompok eksperimen model CIRC adalah 0,35. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC; 2) Tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal keterampilan berpikir kreatif siswa untuk kelompok eksperimen model Jigsaw adalah 0,42 dan untuk kelompok eksperimen model CIRC adalah 0,38. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe CIRC; 3) Guru dan sebagian besar siswa menanggapi secara positif penggunaan model CIRC dan model Jigsaw dalam pembelajaran fisika di sekolah. Mereka merasa senang dan termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, mereka merasa kerjasama dan kecakapan berkomunikasi mereka baik secara lisan maupun tulisan dapat terlatih, mereka juga merasa pemahaman konsep dan kemampuan berpikir dapat difasilitasi, dan sebagian besar diantara mereka menginginkan penggunaan model pembelajaran ini pada materi fisika yang lain.

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS ECOSHOOL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMP

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi setelah menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool. Penelitian menggunakan metode “quasi eksperimen” dengan desain “static group pretest-posttes design” yang melibatkan 60 siswa kelas VII, yang terdiri atas 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

Data penelitian dijaring dengan menggunakan instrumen: (1) tes kognitif berbentuk pilihan ganda, (2) lembar observasi prilaku diri, dan (3) lembar penilaian kinerja. Hasil analisis data postes pada taraf signifikan 1% menunjukkan kedua perlakuan (kelompok eksperimen menggunakan Problem Based Learning berbasis ecoschool, kelompok kontrol menggunakan Direct Instruction) setelah pembelajaran berbeda signifikan. Terdapat peningkatan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool dan model pembelajaran Direct Instruction (DI) dengan kategori sedang.

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi prilaku diri menunjukkan peningkatan aktivitas kepedulian siswa terhadap lingkungan setelah pembelajaran. Hasil analisis lembar penilaian kinerja menunjukkan peningkatan psikomotor selama pembelajaran.
positif (setuju), yaitu merasakan manfaat Fisika dalam kehidupan, termotivasi belajar, terlatih kecakapan ilmiah, aktif dalam pembelajaran, dan mudah menguasai konsep. Guru memberikan tanggapan positif, yaitu melatih kecakapan ilmiah, menciptakan siswa aktif dalam pembelajaran, serta menjadikan siswa menemukan dan mengkonstruksi konsep yang dipelajari.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LISTRIK DINAMIS DAN KECAKAPAN ILMIAH SISWA SMA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah siswa SMA pada konsep Listrik Dinamis. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain The Randomize Pretest-Posttest Control Group Design yang dilakukan terhadap siswa kelas X SMA berjumlah 72 siswa, yang terdiri dari 32 siswa kelompok kontrol dan 32 siswa kelompok eksperimen. Kelompok kontrol mendapatkan model pembelajaran konvensional sedangkan kelompok eksperimen mendapatkan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMAN di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Data penelitian dikumpulkan melalui instrumen penelitian berupa tes penguasaan konsep dan tes kecakapan ilmiah dalam bentuk pilihan ganda, observasi, angket, dan wawancara. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pengolahan analisis data dengan teknik pengolahan menggunakan uji-t dan analisis deskriptif.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelompok kontrol 0,27 (kategori rendah) dan kelompok eksperimen 0,48 (kategori sedang). Rata-rata N-gain kecakapan ilmiah untuk kelompok kontrol 0,19 (kategori rendah) dan kelompok eksperimen 0,43 (kategori sedang). Dari perbandingan rata-rata N-gain penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan positif (setuju), yaitu merasakan manfaat Fisika dalam kehidupan, termotivasi belajar, terlatih kecakapan ilmiah, aktif dalam pembelajaran, dan mudah menguasai konsep. Guru memberikan tanggapan positif, yaitu melatih kecakapan ilmiah, menciptakan siswa aktif dalam pembelajaran, serta menjadikan siswa menemukan dan mengkonstruksi konsep yang dipelajari.

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI PADA KONSEP LAJU REAKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMU

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan dan melihat pengaruh model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis Teknologi Informasi guna meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMU pada materi laju reaksi. Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen, dengan subyek penelitian sebanyak 30 siswa kelas XI IPA1 dan sebanyak 26 siswa kelas IPA2 pada salah satu SMU di kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Instrumen yang digunakan adalah tes penguasaan konsep laju reaksi yang terintegrasi dengan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif, lembar observasi, dan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.


Hasil belajar siswa pada kelas kontrol menggunakan model inkuiri laboratorium berbasis teknologi informasi lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diajarkan secara konvensional. Secara umum peningkatan N-Gain pada penguasaan konsep, keterampilan generik sains serta keterampilan berpikir kreatif berada pada kategori tinggi yakni sebesar 0,70, 0,72 dan 0,73 . Peningkatan N-Gain tertinggi terjadi pada konsep pengertian laju reaksi sedangkan penguasaan konsep terendah terdapat pada konsep persamaan reaksi dan orde reaksi. Selain itu, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif ini dapat meningkatkan keterampilan generik sains yaitu pengamatan tidak langsung kemudian berturut-turut disusul oleh menjelaskan hubungan sebab akibat , membangun konsep , menggunakan bahasa simbolik dan terakhir menerapkan permodelan matematika ; sedangkan pada keterampilan berpikir kreatif meliputi meramal dari informasi yang terbatas , kemudian kemampuan memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda , membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu serta , indikator keterampilan paling rendah adalah membangun pengetahuan yang telah pada siswa . Secara umum guru dan siswa memberikan tanggapan yang positif dan sangat termotivasi terhadap model pembelajaran teknologi informasi ini.

PENGGUNAAN PRAKTIKUM KONFRONTATIF UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII PADA POKOK BAHASAN KERAGAMAN PADA SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN

Penelitian ini bertujuan menerapkan metode pembelajaran praktikum konfrontatif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII pada pokok bahasan keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Penelitian menggunakan metode “quasi eksperimen” dengan “static group pretest-posttes design” yang melibatkan 74 siswa kelas VII, yang terdiri atas 38 siswa kelas ekperimen dan 36 siswa kelas kontrol pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Nias. Data penelitian dijaring dengan menggunakan instrumen; (1) Tes penguasaan konsep bentuk pilihan ganda beralasan dan essay, (2) Skala sikap ilmiah, (3) Angket siswa, (4) Lembar observasi, (5) Wawancara.

Hasil analisis data menunjukkan rata-rata peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode praktikum konfrontatif sebesar 42,9 dan metode praktikum biasa sebesar 35,9 dengan kategori sedang namun berbeda signifikan pada taraf signifikansi α=0,05. Hasil skala sikap ilmiah kedua kelompok mengalami rata-rata peningkatan untuk kelas eksperimen 8,05 dan kelas kontrol 4,5 dengan kategori rendah namun berbeda signifikan pada taraf signifikansi α=0,05. Berdasarkan analisis angket disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan sangat disenangi oleh siswa.


Hasil analisis lembar observasi menunjukkan peningkatan perhatian dan aktivitas selama pembelajaran. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa sangat menginginkan belajar biologi yang disertai dengan praktikum dan berharap dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA lainnya. Guru juga memberi tanggapan positif terhadap penggunaan metode praktikum konfrontatif dalam pembelajaran biologi di kelas.

PENGGUNAAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MEMINIMALKAN KUANTITAS MISKONSEPSI PADA MATERI KALOR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa SMA pada materi kalor. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu dengan desain “Randomized Control Group Pretest-Posttest Design” dan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Indragiri Hulu Riau.

Sampel penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara acak sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa dan kelas kontrol dengan jumlah 29 siswa. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran menggunakan media simulasi virtual dengan pendekatan konseptual interaktif sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda, jawaban CRI dan angket. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan teknik pengolahan menggunakan program SPSS for Windows versi 14.0. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata N-gain pemahaman konsep kelas eksperimen yaitu 0,60 dan kelas kontrol 0,31). Meskipun rata-rata N-gain kedua kelas kategori sedang, namun dari hasil uji perbedaan dua rata-rata dengan uji-t satu pihak, diperoleh bahwa secara signifikan rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari yang diperoleh kelas kontrol.

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa kuantitas miskonsepsi pada setiap label konsep yang terjadi di kelas eksperimen lebih rendah dari yang terjadi di kelas kontrol. Berdasarkan N-gain dan kuantitas miskonsepsi menunjukkan bahwa penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konseptual interaktif tanpa penggunaan media simulasi virtual.


Hasil angket terhadap penggunaan media simulasi virtual dalam pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpendapat bahwa penggunaan media simulasi virtual dapat membantu mereka dalam mengkonstruksi pemahaman konsep, sehingga mereka dapat memahami konsep dengan baik.

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA.

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang suatu model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik larutan penyangga. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment yang melibatkan 32 siswa SMA kelas XI. Data yang didapat berupa nilai tes awal dan tes akhir untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Sedangkan tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran diketahui melalui hasil angket dan wawancara.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Peningkatan pemahaman konsep tertinggi terjadi pada konsep Larutan Penyangga dan terendah pada konsep Perhitungan pH Larutan Penyangga setelah penambahan sedikit basa. Peningkatan keterampilan berpikir kritis tertinggi terdapat pada keterampilan memberikan alasan sedangkan yang terendah terdapat pada mengidentifikasi atau merumuskan masalah. Secara umum model pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk belajar, serta mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir.