Senin, 23 Maret 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA ROTASI

Penelitian ini dilakukan untuk menjajagi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dan tipe Jigsaw dalam pembelajaran fisika di SMA. Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian randomized pretest-posttest comparison group design.Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir keatif siswa digunakan metode penelitian eksperimen dengan dua perlakuan. Kelompok eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen 2 mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw digunakan metode penelitian deskriptif.

Untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang menjadi fokus penelitian tersebut, digunakan beberapa macam instrumen penelitian, yakni; (1) tes pemahaman konsep berbentuk tes obyektif, (2) tes keterampilan berpikir kreatif berbentuk tes obyekitf, (3) angket (kuesioner) untuk menggali tanggapan/respon siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw serta penggunaannya.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal pemahaman konsep dinamika rotasi untuk kelompok eksperimen model Jigsaw adalah 0,45 dan untuk kelompok eksperimen model CIRC adalah 0,35. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC; 2) Tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal keterampilan berpikir kreatif siswa untuk kelompok eksperimen model Jigsaw adalah 0,42 dan untuk kelompok eksperimen model CIRC adalah 0,38. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe CIRC; 3) Guru dan sebagian besar siswa menanggapi secara positif penggunaan model CIRC dan model Jigsaw dalam pembelajaran fisika di sekolah. Mereka merasa senang dan termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, mereka merasa kerjasama dan kecakapan berkomunikasi mereka baik secara lisan maupun tulisan dapat terlatih, mereka juga merasa pemahaman konsep dan kemampuan berpikir dapat difasilitasi, dan sebagian besar diantara mereka menginginkan penggunaan model pembelajaran ini pada materi fisika yang lain.

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS ECOSHOOL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMP

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi setelah menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool. Penelitian menggunakan metode “quasi eksperimen” dengan desain “static group pretest-posttes design” yang melibatkan 60 siswa kelas VII, yang terdiri atas 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

Data penelitian dijaring dengan menggunakan instrumen: (1) tes kognitif berbentuk pilihan ganda, (2) lembar observasi prilaku diri, dan (3) lembar penilaian kinerja. Hasil analisis data postes pada taraf signifikan 1% menunjukkan kedua perlakuan (kelompok eksperimen menggunakan Problem Based Learning berbasis ecoschool, kelompok kontrol menggunakan Direct Instruction) setelah pembelajaran berbeda signifikan. Terdapat peningkatan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool dan model pembelajaran Direct Instruction (DI) dengan kategori sedang.

Berdasarkan hasil analisis lembar observasi prilaku diri menunjukkan peningkatan aktivitas kepedulian siswa terhadap lingkungan setelah pembelajaran. Hasil analisis lembar penilaian kinerja menunjukkan peningkatan psikomotor selama pembelajaran.
positif (setuju), yaitu merasakan manfaat Fisika dalam kehidupan, termotivasi belajar, terlatih kecakapan ilmiah, aktif dalam pembelajaran, dan mudah menguasai konsep. Guru memberikan tanggapan positif, yaitu melatih kecakapan ilmiah, menciptakan siswa aktif dalam pembelajaran, serta menjadikan siswa menemukan dan mengkonstruksi konsep yang dipelajari.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LISTRIK DINAMIS DAN KECAKAPAN ILMIAH SISWA SMA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah siswa SMA pada konsep Listrik Dinamis. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain The Randomize Pretest-Posttest Control Group Design yang dilakukan terhadap siswa kelas X SMA berjumlah 72 siswa, yang terdiri dari 32 siswa kelompok kontrol dan 32 siswa kelompok eksperimen. Kelompok kontrol mendapatkan model pembelajaran konvensional sedangkan kelompok eksperimen mendapatkan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMAN di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Data penelitian dikumpulkan melalui instrumen penelitian berupa tes penguasaan konsep dan tes kecakapan ilmiah dalam bentuk pilihan ganda, observasi, angket, dan wawancara. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pengolahan analisis data dengan teknik pengolahan menggunakan uji-t dan analisis deskriptif.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelompok kontrol 0,27 (kategori rendah) dan kelompok eksperimen 0,48 (kategori sedang). Rata-rata N-gain kecakapan ilmiah untuk kelompok kontrol 0,19 (kategori rendah) dan kelompok eksperimen 0,43 (kategori sedang). Dari perbandingan rata-rata N-gain penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan kecakapan ilmiah dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional. Siswa memberikan tanggapan positif (setuju), yaitu merasakan manfaat Fisika dalam kehidupan, termotivasi belajar, terlatih kecakapan ilmiah, aktif dalam pembelajaran, dan mudah menguasai konsep. Guru memberikan tanggapan positif, yaitu melatih kecakapan ilmiah, menciptakan siswa aktif dalam pembelajaran, serta menjadikan siswa menemukan dan mengkonstruksi konsep yang dipelajari.

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI PADA KONSEP LAJU REAKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMU

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan dan melihat pengaruh model pembelajaran inkuiri laboratorium berbasis Teknologi Informasi guna meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan generik sains, dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMU pada materi laju reaksi. Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen, dengan subyek penelitian sebanyak 30 siswa kelas XI IPA1 dan sebanyak 26 siswa kelas IPA2 pada salah satu SMU di kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Instrumen yang digunakan adalah tes penguasaan konsep laju reaksi yang terintegrasi dengan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif, lembar observasi, dan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.


Hasil belajar siswa pada kelas kontrol menggunakan model inkuiri laboratorium berbasis teknologi informasi lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diajarkan secara konvensional. Secara umum peningkatan N-Gain pada penguasaan konsep, keterampilan generik sains serta keterampilan berpikir kreatif berada pada kategori tinggi yakni sebesar 0,70, 0,72 dan 0,73 . Peningkatan N-Gain tertinggi terjadi pada konsep pengertian laju reaksi sedangkan penguasaan konsep terendah terdapat pada konsep persamaan reaksi dan orde reaksi. Selain itu, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif ini dapat meningkatkan keterampilan generik sains yaitu pengamatan tidak langsung kemudian berturut-turut disusul oleh menjelaskan hubungan sebab akibat , membangun konsep , menggunakan bahasa simbolik dan terakhir menerapkan permodelan matematika ; sedangkan pada keterampilan berpikir kreatif meliputi meramal dari informasi yang terbatas , kemudian kemampuan memandang informasi dari sudut pandang yang berbeda , membangkitkan keingintahuan dan hasrat ingin tahu serta , indikator keterampilan paling rendah adalah membangun pengetahuan yang telah pada siswa . Secara umum guru dan siswa memberikan tanggapan yang positif dan sangat termotivasi terhadap model pembelajaran teknologi informasi ini.

PENGGUNAAN PRAKTIKUM KONFRONTATIF UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII PADA POKOK BAHASAN KERAGAMAN PADA SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN

Penelitian ini bertujuan menerapkan metode pembelajaran praktikum konfrontatif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII pada pokok bahasan keragaman pada sistem organisasi kehidupan. Penelitian menggunakan metode “quasi eksperimen” dengan “static group pretest-posttes design” yang melibatkan 74 siswa kelas VII, yang terdiri atas 38 siswa kelas ekperimen dan 36 siswa kelas kontrol pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Nias. Data penelitian dijaring dengan menggunakan instrumen; (1) Tes penguasaan konsep bentuk pilihan ganda beralasan dan essay, (2) Skala sikap ilmiah, (3) Angket siswa, (4) Lembar observasi, (5) Wawancara.

Hasil analisis data menunjukkan rata-rata peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode praktikum konfrontatif sebesar 42,9 dan metode praktikum biasa sebesar 35,9 dengan kategori sedang namun berbeda signifikan pada taraf signifikansi α=0,05. Hasil skala sikap ilmiah kedua kelompok mengalami rata-rata peningkatan untuk kelas eksperimen 8,05 dan kelas kontrol 4,5 dengan kategori rendah namun berbeda signifikan pada taraf signifikansi α=0,05. Berdasarkan analisis angket disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan sangat disenangi oleh siswa.


Hasil analisis lembar observasi menunjukkan peningkatan perhatian dan aktivitas selama pembelajaran. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa sangat menginginkan belajar biologi yang disertai dengan praktikum dan berharap dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA lainnya. Guru juga memberi tanggapan positif terhadap penggunaan metode praktikum konfrontatif dalam pembelajaran biologi di kelas.

PENGGUNAAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MEMINIMALKAN KUANTITAS MISKONSEPSI PADA MATERI KALOR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa SMA pada materi kalor. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu dengan desain “Randomized Control Group Pretest-Posttest Design” dan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Indragiri Hulu Riau.

Sampel penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara acak sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa dan kelas kontrol dengan jumlah 29 siswa. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran menggunakan media simulasi virtual dengan pendekatan konseptual interaktif sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

Pengumpulan data dilakukan melalui instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda, jawaban CRI dan angket. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan teknik pengolahan menggunakan program SPSS for Windows versi 14.0. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata N-gain pemahaman konsep kelas eksperimen yaitu 0,60 dan kelas kontrol 0,31). Meskipun rata-rata N-gain kedua kelas kategori sedang, namun dari hasil uji perbedaan dua rata-rata dengan uji-t satu pihak, diperoleh bahwa secara signifikan rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari yang diperoleh kelas kontrol.

Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa kuantitas miskonsepsi pada setiap label konsep yang terjadi di kelas eksperimen lebih rendah dari yang terjadi di kelas kontrol. Berdasarkan N-gain dan kuantitas miskonsepsi menunjukkan bahwa penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konseptual interaktif tanpa penggunaan media simulasi virtual.


Hasil angket terhadap penggunaan media simulasi virtual dalam pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpendapat bahwa penggunaan media simulasi virtual dapat membantu mereka dalam mengkonstruksi pemahaman konsep, sehingga mereka dapat memahami konsep dengan baik.

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA.

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang suatu model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada topik larutan penyangga. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment yang melibatkan 32 siswa SMA kelas XI. Data yang didapat berupa nilai tes awal dan tes akhir untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Sedangkan tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran diketahui melalui hasil angket dan wawancara.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Peningkatan pemahaman konsep tertinggi terjadi pada konsep Larutan Penyangga dan terendah pada konsep Perhitungan pH Larutan Penyangga setelah penambahan sedikit basa. Peningkatan keterampilan berpikir kritis tertinggi terdapat pada keterampilan memberikan alasan sedangkan yang terendah terdapat pada mengidentifikasi atau merumuskan masalah. Secara umum model pembelajaran ini dapat memotivasi siswa untuk belajar, serta mengasah kreativitas dan kemampuan berpikir.

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KELOMPOK KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA.

Penelitian ini bertujuan untuk menjajaki penggunaan pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok kooperatif pada materi pembiasan cahaya untuk melihat keunggulannya dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Jenis penelitian adalah eksperimen semu yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII pada salah satu SMP N di Jakarta Pusat pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009. Pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok kooperatif dilakukan pada kelas eksperimen sedangkan pembelajaran pemecahan masalah secara individu dilakukan pada kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel secara random sampling. Data dikumpulkan melalui tes kemampuan pemecahan masalah dan hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah. Pengolahan data dilakukan dengan statistik uji t untuk beda rerata.

Hasil analisis data tes secara individu menunjukkan bahwa persentase skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa untuk kelas eksperimen 52,3% dan kelas kontrol 23,5% dari skor ideal. Persentase skor rata-rata tertinggi dalam menyelesaikan setiap tahapan pemecahan masalah fisika lebih tinggi pada kelas eksperimen. Persentase skor tertinggi terdapat pada deskripsi fisika sebesar 69,7% dari skor idealnya dan terendah 35,8% pada pelaksanaan rencana. Disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah fisika siswa yang mendapat pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok kooperatif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran pemecahan masalah secara individu. Uji statistik dilakukan juga untuk mengetahui perbandingan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa secara berkelompok kooperatif dengan secara individu siswa terbaik dalam kelompoknya.


Hasil analisis data menunjukkan bahwa persentase skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah untuk siswa yang bekerja secara berkelompok kooperatif 76,6% dan secara individu siswa terbaik dalam kelompoknya 62,3% dari skor idealnya. Persentase skor rata-rata tertinggi kemampuan dalam menyelesaikan setiap tahapan pemecahan masalah fisika lebih tinggi pada siswa yang mengerjakannya secara berkelompok kooperatif. Persentase skor tertinggi terdapat pada deskripsi fisika sebesar 90,1% dari skor idealnya dan terendah 44,4% pada pelaksanaan rencana. Disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang menyelesaikannya secara berkelompok kooperatif lebih tinggi dibandingkan secara individu siswa terbaik dalam kelompoknya. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok kooperatif sebanyak 81,6% menyatakan setuju bahwa langkah-langkah pemecahan masalah memfasilitasi dan memudahkan siswa dalam pembelajaran dan 82,8% menyatakan setuju bahwa efek bekerja secara kelompok kooperatif memudahkan dalam mengerjakan tahap-tahap pemecahan masalah.

EFEKTIFITAS SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DAN LATAR BELAKANG INSTRUKTUR TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA MAHASISWA : Suatu Studi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Al-Ghifari Bandung.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan problematika pembangunan negara yang kian kompleks mengharuskan pemerintah Indonesia merumuskan upaya upaya yang sebaiknya dilakukan dalam mengelola dan membentuk sumber daya manusia yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pendukung bagi masyarakatnya sendiri sehingga angka pengangguran dapat dieliminasi. Hal ini pada dasarnya bukan saja menjadi kewajiban pemerintah tapi seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap permasalahan tersebut, terutama para pelaku pendidik atau penyelengara pendidikan. Menyikapi hal tersebut serta sejalan dengan perubahan sosial masyarakat, diperlukan adanya pengelolaan pendidikan yang memiliki nilai tambah serta mampu mengembangkan kemampuan untuk menghadapi berbagai tuntutan kehidupan masa kini, sehingga dapat menetapkan langkah¬-langkah yang akan dipilih sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan di masa depan. Untuk menjawab tantangan ini,

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Al-Ghifari berupaya untuk menerapkan satu sistem pendidikan yang dapat menerapkan fungsi fungsi pendidikan agar menghasilkan lulusan lulusan yang berkompeten dalam dunia kerja, dan dapat membentuk sikap kewirausahaan. Dalam hal ini, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Al-Ghifari melaksanakan sistem pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang diwajibkan kepada mahasiswa semester IV s/d VII sebagai syarat mengikuti Ujian Kendali Mutu dan Ujian Sidang. Pemberian pelatihan tidak saja diarahkan pada pengenalan dan penerapan fungsi¬-fungsi manajemen melainkan juga ditambah dengan penggalian potensi dan motivasi kewirausahaar. Hal ini selaras dengan moto Universitas Al-Ghifari yaitu Mencetak Umat Berahlak Religius Berwawasan Global dan Berjiwa Wirausaha, yang diharapkan sikap dan motivasi Berwirausaha mahasiswa menjadi tumbuh dan terbentuk melalui pelatihan yang dilaksanakan.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Sistem Pelatihan Kewirausahaan yang diadakan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Al-Ghifari berjalan cukup baik dan sesuai dengan harapan mahasiswa yang mengikutinya. Hal ini dapat di!ihat melalui hasil penyebaran angket yang menunjukkan bahwa : (1) terdapat hubungan positif antara sistem pelatihan kewirausahaan dengan sikap dan motivasi kewirausahaan mahasiswa. (2) terdapat hubungan positif antara latar belakang instruktur pelatihan dengan sikap dan motivasi kewirausahaan mahasiswa. dan (3) terdapat hubungan positif antara sistem pelatihan kewirausahaan, latar belakang instruktur pelatihan dengan sikap dan motivasi kewirausahaan mahasiswa Berdasarkan hasil analisis, proses pembelajaran sistem pelatihan kewirausahaan dan latar belakang instruktur pelatihan merupakan bagian terpenting untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap kewirausahaan mahasiswa. Untuk ltu, Instruktur sebagai faktor pendukung proses pembelajaran perlu menumbuhkan berbagai kompetensi yang ada dalam dirinya melalui pelatihan tersendiri.

Sabtu, 14 Maret 2015

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (Studi Kualitatif Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi).

Profesionalisme tenaga pendidik sangat berhubungan erat dengan mutu pendidikan, sebab proses belajar sebagai inti dari pendidikan akan sangat tergantung pada tenaga pendidik yang professional dan kualitas hasil belajar merupakan ujung tombak kualitas pendidikan. Dengan anggapan semacam itu, maka keberadaan tenaga pendidik atau guru yang profesional semakin penting, dan peranan siswa dalam belajar merupakan tumpuan upaya peningkatan kualitas pendidikan sesuai standar nasional pendidikan. Pasal 35 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan agar “Pendidikan memiliki Standar Nasional Pendidikan (SNP), sebagai acuan pengembangan dan pengendalian pendidikan”. Dan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 2 menyebutkan “standar nasional pendidikan mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan”. Setelah melakukan observasi di lapangan ditemukan adanya indikasi latar belakang pendidikan guru yang bervariasi dari berbagai lulusan perguruan tinggi bahkan terdapat latar belakang pendidikan guru dari lulusan SMA atau sederajat. Berdasarkan temuan ini, maka untuk meningkatkan kemampuan profesional Guru SD diperlukan adanya kegiatan pembinaan terutama di Kecamatan Bekasi Selatan.

Penelitian ini mengggunakan metode kualitatif yang lebih berdasar pada filsafat fenomenologis. Sedangkan sebagai subyek penelitian adalah para Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan. Hasilnya menunjukkan bahwa, Perencanaan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan didasari oleh: Agenda/program kerja Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Dilakukan atas dasar masukan dari para pengawas. Perencanaan dalam kondisi ini dapat bersifat temporer terngatung masukan atau informasi yang masuk. Dan perencanaan pembinaan didasari oleh agenda kegiatan gugus. Bentuk kegiatan pembinaan kemampuan profesional Guru SD di Kecamatan Bekasi Selatan terdiri dari: Pre-Service Trainning dan In-Sevice Trainning. Dampak Pembinaan terhadap kemampuan para guru secara bervariasi terlihat dari kemampuan ketika menjalankan PBM.


Berdasarkan temuan dari pembahasan penelitian, maka direkomendasikan bahwa, dengan adanya variasi kebutuhan para guru perlu melakukan maping kegiatan pembinaan kemampuan guru di masa yang akan datang dengan menekankan pada prioritas kebutuhan guru, contohnya: program pembinaan yang berkaitan dengan pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Selasa, 10 Maret 2015

Kontribusi Komitmen Pegawai Dan Pemberdayaan Pegawai Terhadap Mutu Informasi (Studi Implementasi ISO 9001:2000 di LPMP Kepulauan Bangka Belitung)

Banyak faktor yang mempengaruhi mutu informasi, diantaranya adalah faktor komitmen pegawai dan pemberdayaan pegawai pada sebuah organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi komitmen pegawai dan pemberdayaan pegawai secara bersama-sama mempengaruhi mutu informasi di LPMP Kepulauan Bangka Belitung. Hipotesis pada penelitian ini adalah Terdapat kontribusi yang positif dari komitmen pegawai dan pemberdayaan pegawai terhadap mutu informasi di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kepulauan Bangka Belitung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif yang bersifat asosiatif. Sampel diambil secara pendugaan proporsi populasi dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin. Sampel yang menjadi responden pada penelitian ini adalah 60 dari 70 orang populasi pegawai LPMP Kepulauan Bangka Belitung. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket dengan model skala Likert.

Hasil pengolahan data mengenai komitmen pegawai menunjukkan kriteria baik (3,64) dari skol ideal, begitu pula dengan pemberdayaan pegawai, juga mendapatkan kriteria baik (3,73) dari skor ideal dan mutu informasi menunjukkan kriteria baik (3,38) dari skor ideal. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan antara: komitmen pegawai terhadap mutu informsi sebesar 22,47%, pemberdayaan pegawai terhadap mutu informasi sebesar 32,04%, serta komitmen pegawai bersama pemberdayaan pegawai terhadap mutu informasi sebesar 33,90%.


Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara komitmen pegawai dan pemberdayaan pegawai terhadap mutu informasi. Sedangkan rekomendasinya adalah bahwa manajemen LPMP Kepulauan Bangka Belitung harus lebih memperhatikan komitmen dan pemberdayaan pegawainya karena keduanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu informasi yang pada akhirnya akan berdampak positif pada peningkatan mutu lembaga.

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEPUASAN KERJA GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH (Studi Analisis Deskriptif tentang Persepsi Guru pada SMAN di Kabupaten Sumedang)

Masalah yang ada di SMA Kabupaten Sumedang, berdasarkan survei ada dugaan tentang mutu sekolah perlu ditingkatkan (1) rata-rata prestasi akademik; (2) prestasi non akademik; (3) angka mengulang dan (4) angka putus sekolah Perilaku kepemimpinan kepala sekolah: (1) pencipta learning organization; (2) arah program sekolah; (3) program supervisi; (4) kepemimpinan yang kreatif; (5) inovatif; dan (6) termotivasi menentukan strategi. Kepuasan kerja guru (1) insentif; (2) penilaian kepada guru; (3) penghargaan kepada guru; (4) dukungan kepara guru; dan (5) pembinaan secara rutin. Dugaan tersebut, diangkat untuk diteliti dengan judul "Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru terhadap mutu SMA Negeri Kabupaten Sumedang?” Tujuannya untuk menganalisis pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru terhadap mutu sekolah pada SMA Negeri Kabupaten Sumedang. Metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Sampel 87 responden dari populasi 667 guru pada SMA Negeri Kabupaten Sumedang. Instrumen angket, teknik analisis korelasi ganda.


Hasil penelitian pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru secara simultan berpengaruh signifikan terhadap mutu sekolah sebesar 0,792 (cukup kuat), sedangkan kontribusi 62,73% sedangkan sisanya 37,27% ditentukan oleh variabel lain seperti sarana dan prasarana; pembiayaan; partisipasi orangtua; dan lain-lain. Direkomendasikan (1) insentif; (2) kompensasi; (3) memberikan penilaian kepada guru; (4) memberikan penghar¬gaan dan hukuman kepada guru (5) melanjutkan S-2; penataran, kursus, seminar dan (6) pembinaan secara rutin kepada para guru.

DISERTASI


SKRIPSI


Akuntansi
Ekonomi
Ekonomi dan Koperasi
Manajemen Bisnis
Manajemen Perkantoran
Administrasi Pendidikan
Pedagogik
PGPAUD
PGSD
Pendidikan Luar Biasa
Pendidikan Luar Sekolah
Psikologi dan Bimbingan
Perpustakaan dan Informasi
Psikologi
Teknologi Pendidikan
Bahasa Arab
Bahasa Inggris
Bahasa dan Sastra Inggris
Bahasa Jepang
Bahasa Jerman
Bahasa Prancis
Bahasa dan Sastra Indonesia
Seni Musik
Seni Rupa
Seni Tari 
Bahasa Daerah
Manajemen Resort & Leisure 
Pendidikan Agama Islam 
Geografi
Kimia
Matematika
Ilmu Komputer
Olahraga dan Kesehatan
Kepelatihan
Kesehatan dan Rekreasi
IKOR
Ilmu Olahraga
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
PGSD Penjas
Kesejahteraan Keluarga
Tata Boga
Kesejahteraan Keluarga
Tata Busana
Teknologi Agroindustri
Teknik Arsitektur
Teknik Elektro
Teknik Mesin
Teknik Mesin
Teknik Sipil
Teknik Bangunan

TESIS

STUDI TENTANG PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SMP SSN DAN RSBI DI KOTA MEDAN BERBASIS PDCA

Penelitian ini merupakan studi tentang seberapa besar pengendalian mutu proses pembelajaran bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Pertama Sekolah Standar Nasional dan Rintisan Bertaraf Internasional di Kota Medan berbasis PDCA. Dalam penelitian ini melibatkan kepala sekolah, guru sebagai objek yang diteliti, dan siswa sebagai mutu lulusan yang mencerminkan prestasi belajar murid oleh guru.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data akurat mengenai hubungan dan korelasi antara kesadaran guru terhadap mutu, komitmen guru terhadap mutu, dan keterlibatan guru dalam pengendalian mutu terhadap prestasi belajar murid, peneliti melibatkan kepala sekolah, guru, dan siswa secara acak pada SMP SSN dan RSBI di Kota Medan. Data yang digunakan berupa angket kepada kepala sekolah, guru dan siswa. Guru dan siswa juga diberi tes untuk mengukur kompetensi dan penguasaannya terhadap materi pelajaran. Kemudian angket dan tes dikumpulkan, didata dan diolah menjadi skor dengan SPSS menghasilkan korelasi, regresi dan mean, menggunakan metode path analysis serta pendekatan berbasis Plan-Do-Check-Action. Disamping itu peneliti juga menggunakan metode observasi dan wawancara untuk memperkuat data temuan di lapangan.

Dari hasil analisis data diperoleh gambaran dan kesimpulan bahwa hubungan kesadaran guru terhadap mutu sangat tinggi pengaruhnya terhadap komitmen mutu, kemudian secara langsung berpengaruh terhadap keterlibatan guru dalam pengendalian mutu, selanjutnya kesadaran mutu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap prestasi belajar murid. Komitmen mutu memberikan andil yang besar terhadap pengendalian mutu, selanjutnya berkontribusi kepada prestasi belajar murid. Pengendalian mutu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar murid.


Berdasarkan temuan ini penulis merekomendasikan kepada guru, kepala sekolah, dinas pendidikan kota/kabupaten, dan LPMP agar pengendalian mutu proses pembelajaran bahasa Inggris berbasis PDCA dapat diterapkan di sekolah dalam lingkungan dinas pendidikan demi peningkatan pencapaian mutu hasil belajar siswa.

PENGARUH EFEKTIVITAS PELATIHAN DAN PROFESIONALISME PENGAWAS TERHADAP KINERJA PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA DI PROVINSI PAPUA

Penelitian ini didasarkan pada kondisi realitas tentang kinerja pengawas pendidikan agama di Provinsi Papua. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan Agama melalui kinerja pengawas pendidikan Agama belum menunjukkan hasil yang maksimal. Pengawas pendidikan agama sebagai penanggung jawab pembinaan teknis pendidikan agama di sekolah dituntut memiliki kinerja yang profesional untuk membantu guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Kinerja pengawas pendidikan agama dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal, antara lain: penguasaan kompetensi profesi, motivasi, komitmen, kepuasan, pelatihan, kesejahteraan, kepemimpinan dan struktur organisasi.

Permasalahan yang menjadi fokus dalam kajian penelitian ini adalah bagaimana “Pengaruh Efektifitas Pelatihan dan Profesionalisme Pengawas terhadap Kinerja Pengawas pendidikan Agama di Provinsi Papua tahun 2010”. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Adapun sampel penelitian ini terhadap 40 orang yang terdiri dari pengawas pendidikan agama, kepala sekolah dan guru pendidikan agama pada dua kabupaten dan satu kota di Provinsi Papua. Teknik pengolahan data menggunakan analisis regresi, baik regresi sederhana maupun regresi ganda.

Dari hasil pengolahan data penelitian diperoleh adanya hubungan antara Efektivitas Pelatihan dengan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama = 0,562 dan koefisien determinasi 31,58%. Hubungan Profesionalisme Pengawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama dengan nilai koefisien korelasi = 0,577 atau koofisien determinasi 33,29%. Sedangkan hubungan antara Efektivitas Pelatihan dan Profesionalisme Pengawas diperoleh nilai koefisien korelasi = 0.665 atau koofisien determinasi sebesar 44,22%. Adapun hubungan secara simultan Efektivitas Pelatihan dan Profesionalisme Pengawas dengan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama dengan nilai koefisien korelasi = 0.625 atau pengaruh secara bersama-sama adalah 39,06%, sedangkan sisanya sekitar 60,94% dipengaruhi oleh faktor lain.


Rekomendasi yang diberikan agar adanya upaya peningkatan kinerja pengawas pendidikan agama secara menyeluruh dan terpadu yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian serta pembentukkan sikap yang dilakukan melalui pelatihan yang efektif sehingga dapat meningkatkan profesionalisme pengawas dalam memberikan layanan dan bantuan profesional kepada guru pendidikan agama.

PENGARUH FASILITAS PEMBELAJARAN DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP PEMBELAJARAN EFEKTIF DI SMA NEGERI KABUPATEN PURWAKARTA

Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut, apakah terdapat pengaruh antara fasilitas pembelajaran dan kinerja mengajar guru terhadap pembelajaran efektif? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis (1) Profil fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar dan pembelajaran efektif; (2) korelasi antara fasilitas pembelajaran, kinerja mengajar guru dan pembelajaran efektif; (3) pengaruh antara fasilitas pembelajaran dengan pembelajaran efektif; (4) pengaruh antara kinerja mengajar guru dengan pembelajaran efektif; (5) pengaruh antara fasilitas pembelajaran dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama dengan pembelajaran efektif. Manfaat penelitian secara teoritis : (1) memberikan sumbangsih pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi pendidikan; (2) dijadikan sebagai data informasi untuk kalangan praktisi pendidikan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Kabupaten Purwakarta, dengan metode penelitian kuantitatif dengan statisti deskriptif analitis, dengan sampel 120 guru dan menggunakan analisis korelasional dan regresi.

Hasil penelitian ditemukan bahwa besarnya pengaruh secara simultan antara fasilitas pembelajaran (X1) dan kinerja mengajar guru (X2) terhadap pembelajaran efektif (Y) sebesar 0,550 tergolong cukup kuat. Sedangkan kontribusi secara bersama-sama (simultan) variabel X1 dan X2 terhadap (Y) = R2 X 100% = 30,2 % dan sisanya 69,8 % ditentukan oleh variabel lain. Kemudian mengenai besar naik turunnya pemebelajaran efektif dapat diprediksi melalui persamaan %4;=a+b1X1+b2X2= 35,769+0,490X1+0,103X2 Selanjutnya dapat untuk dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Besarnya pengaruh variabel fasilitas pembelajaran terhadap pembelajaran efektif adalah 0,537 sedangkan kontribusi variabel X1 terhadap Y sebesar 28,8 % kemudian sisanya 71,2 % ditentukan oleh variabel lain; (2) Besarnya pengaruh variabel kinerja mengajar guru terhadap pembelajaran efektif adalah 0,315 sedangkan kontribusi variabel X2 terhadap Y sebesar 9,9 % kemudian sisanya 90,1 % ditentukan oleh variabel lain; (3) Besarnya pengaruh variabel fasilitas pembelajaran dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama terhadap pembelajaran efektif adalah 0,550 sedangkan kontribusi variabel X1 dan X2 secara simultan terhadap Y sebesar 30,2 % kemudian sisanya 69,2% ditentukan oleh variabel lain.


Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka di rekomendasikan adalah sebagai berikut : (1) untuk guru perlunya peningkatan kinerja mengajar guru agar pembelajaran di tingkat sekolah menengah lebih bermutu dan siap menghadapi persaingan dimasa yang akan dating; (2) Untuk Pemerintah perannya sangat urgen dan diharapkan dalam meningkatkan fasilitas pembelajaran karena peningkatan fasilitas berkaitan dengan anggaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah.

KONTRIBUSI PENGELOLAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) DAN KETERSEDIAAN SARANA PRAKTIK TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN : Studi Tentang Persepsi Siswa Pada Smk Negeri Dan Swasta Di Kota Cirebon

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan polemik efektivitas pembelajaran pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon sebagai akibat adanya kesenjangan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam pendidikan sistem ganda dan ketersediaan sarana praktik yang belum memadai dan terstandar. Pendekatan yang digunakan kuantitatif dengan metode survey.Sampel 85 responden dari 574 siswa Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif pada SMK Negeri dan Swasta di Kota Cirebon. Instrumen berupa angket dengan skala Likert dan analisis korelasi ganda.

Dari hasil penelitian, ditemukan kebermaknaan tentang pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam PSG dan ketersediaan sarana praktik terhadap efektivitas pembelajaran, berada dalam kategori cukup baik, korelasi kuat dan kontribusi kedua variabel secara simultan terhadap efektivitas pembelajaran sebesar 57,61 %, sedangkan sisanya 42,39 % ditentukan antara lain oleh variabel budaya/etos kerja, kinerja instruktur, sumber belajar dan lain-lain.


Implikasi dari penelitian ini adalah peningkatan kompetensi lulusan, jaminan kualitas (quality assurance), relevansi lulusan, outsourcing sarana praktik dan komitmen sekolah terhadap mutu. Rekomendasi diajukan terutama kepada pihak sekolah untuk meningkatkan hubungan kerja sama dengan institusi pasangan, optimalisasi peran serta masyarakat dalam pengadaan sarana praktik dan pelayanan terhadap pelanggan (siswa/masyarakat, DU/ DI) berfokus pada mutu.

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU TK KECAMATAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA

Masalah dalam penelitian ini adalah ”Pengaruh kepemimpinan situasional kepala TK dan kominikasi internal terhadap kinerja mengajar guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya”. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan situasional kepala TK dan kominikasi internal terhadap kinerja mengajar guru TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

Metoda penelitian adalah survey dengan pendekatan kuantitatif. Sampel diambil dari populasi 37 guru PNS TK Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif dan inferensial. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan menggunakan Weighted Means Score (WMS) diperoleh kecenderungan skor rata-rata untuk : variabel X1 sebesar 4,23; variabel X2 sebesar 4,48 dan variabel Y sebesar 4,64. Ketiga variabel yang diteliti termasuk katagori sangat tinggi berarti bahwa aspek-aspek kriteria yang ada pada setiap variabel telah dilaksanakan dengan benar.

Berdasarkan hasil uji normalitas data masing-masing variabel diperoleh bahwa nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0,592, variabel X2 sebesar 0,835 dan Y sebesar 0,153. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel > 0,05 yang berarti bahwa data dari masing-masing variabel berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan koefisien determinasi diperoleh harga koefisien korelasi sederhana (r) variabel X1 terhadap Y sebesar 11,80% ,Variabel X2 terhadap Y sebesar 35.50%, dan korelasi ganda (r) variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y sebesar 35,50%, yang berarti bahwa pengaruh kepemimpinan situasional kepala TK dan komunikasi internal terhadap kinerja mengajar guru TK sebesar 35,50 % dan sisanya 64,50% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti yaitu : iklim organisasi, produktivitas organisasi, sarana prasarana, pembiayaan, disiplin guru, partisipasi orang tua, kompensasi, motivasi, manajemen sekolah dan lain-lain. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh arah regresi b1 sebesar 0,03, b2 sebesar 0,690 dan konstanta atau a sebesar 34,885 maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara ketiga variabel tersebut oleh persamaan regresi %4; = 34,885 + 0,003 X1 + 0,690 X2.


Rekomendasi bahwa ; 1) Walaupun kepala TK sangat baik dalam kepemimpinan, namun kepala TK harus lebih mengetahui teknik pendelegasian. 2) Walaupun komunikasi di TK sangat baik namum Kepala TK harus lebih memberikan pembinaan dalam pelaksanaan dan pengembangan administrasi kemuridan terhadap guru 3) Walaupun kinerja mengajar guru sangat baik, namun guru harus lebih meningkatkan kemampuan mengolah dan menganalisis hasil penilaiaan.

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN LAYANAN AKADEMIK GURU TERHADAP PRESTASI SISWA

Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 merupakan salah satu pedoman sistematik dalam pengelolalan pendidikan, di mana sistem manajemen mutu dibangun agar melaksanakan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan demi meningkatkan mutu pendidikan. Atas latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian berjudul: “Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik Guru Terhadap Prestasi Siswa” yang merupakan penelitian deskripsi analisis tentang Prestasi Siswa di SMA Kategori RSBI Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

Untuk nilai korelasi antara X1 terhadap Y diperoleh thitung = 4,56 dan ttabe = 2,00 ternyatathitung > ttabel berarti ada korelasi positif dan signifikan antara variable X1 dengan Y. Untuk koefisien determinasi X1 terhadap Y diperoleh sebesar 0,19 menunjukan bahwa Prestasi Siswa hanya 19% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sisanya 81% ditentukan oleh faktor lain. Untuk nilai korelasi antara X2 terhadap Y diperoleh thitung = 7,14 ttabe = dan 2,00 ternyata thitung > ttabel berarti ada korelasi positif dan signifikan antara variable X2 dengan Y. Untuk koefisien determinasi X2 terhadap Y diperoleh sebesar 0,20 menunjukan bahwa Prestasi Siswa hanya 20% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sisanya 80% ditentukan oleh faktor lain. Untuk nilai korelasi antara X1 terhadap X2 diperoleh thitung = 4,08 danttabe = 2,00 ternyata thitung > ttabel berarti ada korelasi positif dan signifikan antara variable X1 dengan X2. Untuk koefisien determinasi X1 terhadap X2 diperoleh sebesar 0,16 menunjukan bahwa Prestasi Siswa hanya 16% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sisanya 84% ditentukan oleh faktor lain. Untuk nilai korelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y diperoleh persamaan regresi gandanya %4; = 18,58 + 0,29 + 0,32 X2. untuk uji signifikansinya diperolah Fhitung = 16,98 dan Ftabel =, 3,11 karenaFhitung>Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti koefisien regresi signifikan. Untuk koefisien determinasi X1 dan X2 terhadap Ydiperoleh sebesar 0,28 menunjukan bahwa Prestasi Siswa hanya 28% ditentukan oleh Implementasi Sistem Manajemen Mutu, sisanya 72% ditentukan oleh faktor lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa: “Terdapat hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan antara Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik Guru Terhadap prestasi Siswa SMA kategori RSBI di Bandung”.


Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah untuk Implementasi SMM yaitu Implementasi dari Perencanaan Implementasi SMM itu sendiri perlu komitmen dan konsisten, dari Layanan Akademik Guru yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan yaitu saat guru membuka proses KBM, sedangkan Pada Prestasi Siswa yang perlu mandapat perhatian khusus yaitu output kognitif.

KONTRIBUSI DIKLAT KEPALA SEKOLAH SMK (TALENT SCOUTING) DAN KOMPETENSI MANAJERIAL TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KEPALA SEKOLAH SMK (STUDI PADA SMK SEKABUPATEN GARUT)

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena-fenomena dan gambaran mengenai berbagai aspek berkaitan dengan kinerja kepala sekolah SMK dalam upaya untuk meningkatkan upaya sekolah dalam pengelolaan Sekolah Menengah Kejuruan sehingga dapat menghasilkan lulusan SMK yang kompetitif dalam dunia kerja dan usaha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan dan pelatihan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah SMK sebesar 17%, Kemampuan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah SMK sebesar 18%, dan Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah sebesar 20%. Sedangkan secara bersama-sama Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah SMK sebesar 24%.


Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut, yaitu: (1) Peningkatan kinerja kepala Sekolah agar mampu meningkatkan pengelolan SMK sebagai sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja; (2) Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah merupakan faktor yang mempunyai pengaruh pada faktor-faktor lain, sehingga mampu meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolahnya.Dengan demikian upaya untuk mendorong peningkatan Kinerja Kepala Sekolah SMK perlu terintegrasi dengan pengembangan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan.

PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN ETOS KERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH : Studi Analisis Di SMP Negeri Se-Wilayah V Kabupaten Garut

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana gambaran deskriptif tentang iklim organisasi; etos kerja kepala sekolah; dan efektvitas sekolah pada SMP Negeri se-Wilayah V Kabupaten Garut? 2). Seberapa besar pengaruh iklim organiasi terhadap efektivitas sekolah? 3). Seberapa besar pengaruh etos kerja kepala sekolah terhadap efektifitas sekolah? dan 4). Seberapa besar pengaruh iklim organisasi dan etos kerja kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah pada SMP Negeri se-Wilayah V Kabupaten Garut? Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode survey teknik angket. Jenis penelitian deskriptif analisis, populasi seluruh guru dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan sampel berjumlah 261 orang. Variabel penelitian ganda, Tehnik pengumpulan data kuesioner dan dokumentasi; analisis data: data kualitatif dianalisis dengan metode deskripstif induktif sedang data kuantitatif dianalisis dengan korelasi regresi ganda


Hasil penelitian: 1). pada SMP Negeri Se-Wilayah V Kabupaten Garut iklim organisasi dengan rata-rata skor 3,59 dan rata-rata prosentase 71,75% dikategorikan tinggi, Etos kerja kepala sekolah rata-rata skor 3,89 atau prosentase 77,59% dikategorikan tinggi, dan efektifitas sekolah dengan rata-rata skor 3,93 dan rata-rata prosentase 78,69% dikategorikan tinggi; 2). Terdapat pengaruh yang signifikan dari iklim organisasi terhadap efektivitas sekolah dengan koefisien korelasi sebesar 0,47 kategori sedang dengan kontribusi sebesar 22,15% dan persamaan regresi Y = 30,69 + 0,40X1; 3). Terdapat pengaruh yang signifikan antara etos kerja kepala sekolah dengan efektivitas sekolah dengan koefisien korelasi 0,55 kategori sedang dengan kontribusi sebesar 30,79% dan persamaan regresi Y = 23,67 +0,52X2 ; dan 4). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Iklim organisasi dan etos kerja kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah dengan koefisien korelasi 0,66 termasuk pada kategori kuat, dengan kontribusi iklim organisasi dan etos kerja kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah sebesar 43,25% dan persamaan regresi Y = 7,09 + 0,31X1 + 0,44X2. 

KONTRIBUSI KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DI SMAN SE-KABUPATEN SUMEDANG

Dengan mengacu pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 ayat (6) yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, pemerintah dalam hal ini sekolah merupakan salah satu variabel lembaga yang bertanggung jawab terhadap pencapaian optimal proses pendidikan tersebut. Sehingga dengan berbagai usaha dari komponen-komponen di dalamnya, diharapkan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung menghasilkan efektivitas sekolah yang tinggi. Semua anggota sekolah terutama kepala sekolah dan guru masih harus terus meningkatkan kesadaran bahwa sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan organisasi yang dinamis sebagai tempat berlangsungnya komunikasi yang lebih aktif dan komitmen terhadap organisasi yang lebih baik untuk mencapai efektivitas sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan menetapkan variabel penelitian: komunikasi organisasi (X1) dan komitmen organisasional (X2) sebagai variabel independen, serta efektivitas sekolah (Y) sebagai variabel dependen. Tujuan penelitian ini adalah mendapat gambaran empirik mengenai pengaruh komunikasi organisasi terhadap efektivitas sekolah, pengaruh komitmen organisasional terhadap efektivitas sekolah, dan pengaruh komunikasi organisasi dan komitmen organisasional secara simultan terhadap efektivitas sekolah. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMAN se-Kabupaten Sumedang sebanyak 825 orang. Sampel penelitian ini adalah guru SMAN di Kabupaten Sumedang sebanyak 89 orang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif melalui survei. Pengolahan data menggunakan statistik yang meliputi analisis korelasi, analisis regresi linier, analisis korelasi ganda, dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian ini adalah ditemukannya bahwa: Gambaran 1) kondisi perilaku komunikasi organisasi dan komitmen organisasional pada SMAN se-Kabupaten Sumedang sudah baik, 2) besarnya pengaruh komunikasi organisasi terhadap efektivitas sekolah di SMAN se-Kabupaten Sumedang tergolong kuat dan signifikan, 3) besarnya pengaruh komitmen organisasional terhadap efektivitas sekolah di SMAN se-Kabupaten Sumedang tergolong kuat dan signifikan, 4) besarnya pengaruh secara bersama-sama antara komunikasi organisasi dan komitmen organisasional terhadap efektivitas sekolah di SMAN se-Kabupaten Sumedang tergolong kuat dan signifikan.


Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian diantaranya kepala sekolah harus lebih mempertimbangkan kejelasan dan keaktifan komunikasi organisasi di sekolahnya, serta terus membangun motivasi demi peningkatan komitmen guru-gurunya. Guru harus berinisiatif bergerak membangun komunikasi dan komitmen kerja pribadi terutama dalam pembelajaran sehingga tercipta efektivitas sekolah yang optimal.

PENGEMBANGAN KINERJA KEPALA SEKOLAH : Studi Tentang Pengaruh Diklat dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Tujuan Penelitian adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan serta kompetensi terhadap kinerja kepala sekolah dasar. Adapun pengaruh yang dilihat adalah, pengaruh variabel X1 pendidikan dan pelatihan terhadap variabel Y kinerja kepala sekolah, pengaruh variabel X2 kompetensi terhadap (Y) kinerja kepala sekolah, pengaruh variabel X1 Pendidikan dan pelatihan terhadap X2 kompetensi serta pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional deskriftif dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan teknik pengumpulan data adalah berupa angket dan tes. Variabel X1 dan Y menggunakan angket dan variabel X2 menggunakan tes. Subjek penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dasar yang berada di Ibukota Kecamatan di Kabupaten Natuna. Mengingat jumlah sekolah yang berada di Ibukota kecamatan hanya sedikit dan sulit terjangkau maka dalam penelitian ini hanya mengambil 45 orang kepala sekolah untuk dijadikan sampel. Ada beberapa tahap dalam penelitian ini seperti, tahap uji ccoba angket dengan menguji validitas data, yaitu validitas rasional dan uji validitas empirik dan uji reliabilitas. Sedangkan teknik analisa data melalui statistik dengan uji normalitas uji homogenitas, uji persamaan korelasi dan regresi, korelasi ganda dan uji hipotesis.

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa (1),Terdapat pengaruh yang signifikan Variabel X1 dan Variabel Y dengan alasan, f-hitung lebih besar dari f-tabel (12,54 > 4,07, (2), Terdapat pengaruh yang siginifikan antara variabel X2 terhadap Variabel Y dengan alasan, f-hitung lebih besar dari f-tabel (13,03 >4,07), (3), Terdapat pengaruh yang siginifikan antara variabel X1 terhadap X2 dengan alasan, F-hitung lebih besar dari f-tabel (9,30> 4,07), Ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y dengan alasan, dengan penghitungan korelasi ganda maka terdapat hasil f-hitung lebih besar dari f-tabel (9,76>3,22).


Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan bahwa diharapkan pada pemerintah Kabupaten Natuna khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Natuna untuk meningkatkan intensitas pendidikan dan pelatihan serta kompetensi dalam rangka peningkatan kinierja kepala sekolah dasar. Bagi para guru yang sudah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi kepala sekolah dasar, sebelum diangkat menjadi kepala sekolah hendaknya sudah membekali diri dengan mengikuti berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan serta menigkatkan kompetensi supaya kinerja yang dimiliki sesuai dengan yang diharapkan semua pihak. Bagi kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas dan para pengawas hendaknya dapat menilai kinerja kepala sekolah secara berkala dan berkesinambungan.

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah di Kabupaten Sumedang (Studi Analisis Deskriptif Pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang)

Penelitian ini berjudul: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah di Kabupaten Sumedang (Studi Analisis Deskriptif Pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) gambaran kepemimpinan kepala SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang; (2) gambaran budaya kerja guru SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang; (3) gambaran produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang; (4) seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang; (5) seberapa besar pengaruh budaya kerja terhadap produktivitas SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumedang; (6) seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap budaya sekolah di SMA Negeri dan Swasta se-Kabupaten Sumedang; (7) seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan terhadap produktivitas sekolah di SMA Negeri dan Swasta se-Kabupaten Sumedang. Metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Populasi penelitian yaitu guru dan kepala sekolah SMA se Kabupaten Sumedang sebanyak 1074 (guru dan kepala sekolah) dari 25 SMA di Kabupaten Sumedang. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 283 orang yang 25 di antaranya adalah kepala sekolah.

Hasil penelitian diketahui: (1) kepemimpinan kepala sekolah SMA di Sumedang berada pada taraf 72,56% atau berada dalam kategori baik; (2) budaya sekolah SMA di Kabupaten Sumedang berada pada taraf 79,33% atau berada dalam kategori baik; (3) produktivitas sekolah SMA se Kabupaten Sumedang berada pada kategori baik dengan mencapai taraf 83,11%; (4) pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Sekolah sebesar 0,956 (korelasi sangat kuat) dan kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap produktivitas sekolah sebesar 91,4%,; (5) Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah sebesar 0,961 (sangat kuat) dan budaya sekolah berkontribusi terhadap produktivitas sekolah sebesar 92,3%; (6) Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Budaya Sekolah sebesar 0,989 (sangat kuat) dan kepemimpinan kepala sekolah berkontribusi terhadap budaya sekolah sebesar 97,6%; dan (7) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan terhadap produktivitas sekolah ditunjukkan dengan koefisien sebesar 0,962 (kategori korelasi sangat kuat) dan kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan berkontribusi sebesar 92,5% terhadap produktivitas sekolah.


Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut maka hipotesis yang berbunyi: (1) Kepemipinan Kepala Sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah telah terbukti dan diterima; (2) Budaya Sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah telah terbukti dan diterima; (3) Kepemipinan Kepala Sekolah berkontribusi positif dan signifikan terhadap budaya sekolah telah terbukti dan diterima; dan (4) Kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah secara simultan berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap produktivitas sekolah telah terbukti diterima.

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DI KOTA TANGERANG:Studi Tentang Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah Dan Kompetensi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan Madrasah Aliyah Di Kota Tangerang

Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kompetensi guru dan akan mendorong guru/pegawai bekerja, berperan serta berupaya berusaha melakukan kualitas Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan perkembangan dunia. Guru dituntut untuk memilki kemampuan profesional, kreatif dan inovatif serta bekompensi.

Penelitian ini mencakup tujuh permasalahan pokok, yaitu (1) Bagaimana Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kota Tangerang? (2) Bagaimana Kompetensi Guru Madrasah Aliyah di Kota Tangerang? (3) Bagaiamana kualitas Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Tangerang? (4) Seberapa besar Kompetensi guru berpengaruh terhadap kualitas Pendidikan ? (5) Seberapa besar Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kopetensi guru? Seberapa besar peningkatan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kompetensi Guru? Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana instrumen penelitian dalam bentuk angket/skala sikap sangat dominan ditambah dengan instrument lain yang dapat membantu mempertajam analisis. Hasil penelitian memperoleh gambaran bahwa Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah dan kompetensi guru di Madrasah Aliyah Kota Tangerang sudah termasuk ke dalam katagori baik, namun masih perlu diadakan pembinaan dan peningkatan terutama yang berkenaan dengan peniningkat kemampuan kepala sekolah/madrasah mengelola sarana dan prasarana dan motivasi guru belajar dari berbagai sumber untuk memperbaharui rencana pembelajaran.


Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan terutama masalah Peningkatan Mutu masih perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak yang terkait, dan terutama Kanwil Kementerian Agama Kota Tangerang untuk mengadakan pembinaan terhadapkompetesi guru dan kemampuan manajerial kepala Madrasah serta memberikan motivasi dan dorongan kepada guru untuk bekerja kreatif inovatif serta profesionalisme. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah,

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SMA NEGERI SE-KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana gambaran dan kontribusi supervisi kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja mengajar guru”. Tujuannya untuk mengetahui dan menganalisis gambaran kontribusi antar variabel supervisi kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja mengajar guru. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Sampel diambil secara random 73 guru dari populasi sejumlah 276 orang. Wilayah penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. Objek penelitian adalah guru PNS. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Hasil penelitian ditemukan bahwa besarnya kontribusi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru 31,00 %, dan sisanya 69,00 % dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti, seperti : kemampuan, intelegensi, sikap, pengalaman kerja, sarana dan prasarana, gaya kepemimpinan, serta lingkungan kerja dan lain-lain.


Direkomendasikan bahwa (1) teknik supervisi individual masih lemah, sebaiknya kepala sekolah melaksanakan supervisi individual secara teratur dan terus menerus, (2) motivasi ekstrinksik guru dapat ditingkatkan dengan sikap terbuka dan mau menerima masukan, dan (3) pelaksanaan pembelajaran oleh guru masih belum optimal, sebaiknya guru meningkatkan lagi kemampuannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI PENGAWAS TERHADAP KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR (Studi Deskriptif Analisis Kuantitatif Tentang Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Pengawas Terhadap Kinerja Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi)

Dalam Undang Undang Nomor 20 pasal 39 tahun 2003 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2007 antara lain dijelaskan bahwa untuk dapat diangkat sebagai pengawas sekolah adalah seseorang yang wajib memenuhi standar Pengawas Sekolah yang berlaku secara nasional. Berkewajiban menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan dalam rangka pembinaan, pengembangan, perlindungan peningkatan mutu, dan pelayanan sekolah.

Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan terutama pada tingkat sekolah dasar, berdasarkan observasi realisasi tahap awal di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi, secara umum menunjukkan bahwa, visi dan misi pendidikan akan sulit dicapai apabila pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana tidak memadai dan ditambah kinerja pengawas yang rendah. Semua faktor ini akan mempengaruhi kualitas pendidikan di Kota Bekasi. Merujuk pada uraian tersebut, maka fokus kajian penelitian ini diarahkan untuk mengetahui, “bagaimana motivasi dan kompetensi Pengawas terhadap kenerja Pengawas Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi?” Pendekatan penelitian yang dipilih untuk mengungkap fenomena Pengawas SD di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi adalah pendekatan kuantitatif dengan mengambil sampel 54 responden dari Pengawas SD.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, Pengaruh Motivasi Pengawas (X1) dan Kompetensi Pengawas SD (X2) terhadap Kinerja Pengawas SD (Y) di Kota Bekasi diperoleh koefisien korelasi = 0.648. Artinya, pengaruh Motivasi Pengawas (X1) dan Kompetensi Pengawas SD (X2) terhadap Kinerja Pengawas SD (Y) di Kota Bekasi termasuk kategori 41,99%. sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.


Berdasarkan hal tersebut, maka direkomendasikan: untuk meningkatkan kinerja pengawas SD perlu dilakukan Kegiatan pembinaan pengawas yang dapat menyentuh pada ranah pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau kapabilitas yang diperlukan untuk membangun kompetensi dan profesional pengawas.

KONTRIBUSI KINERJA MENGAJAR GURU DAN FASILITAS PENDIDIKAN TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN PAI: Studi Analisis Terhadap Guru PAI SD di Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur

Penelitian ini dilatarbelakangi dari fenomena empirik tentang efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar ( SD ). Upaya peningkatan efektifitas pembelajaran melalui kinerja mengajar dan fasilitas pendidikan belum menunjukkan hasil yang optimal. Pembelajaran merupakan kegiatan yang substansif pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung jawab guru, dan efektifitas pembelajaran merupakan indikator mutu sekolah. Efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal sekolah seperti : iklim sekolah, budaya sekolah, intensitas kepengawasan, kinerja mengajar guru, fasilitas pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah, struktur organisasi dan sebagainya. Permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini adalah bagaimana “Kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Fasilitas Pendidikan Terhadap Efektifitas Pembelajaran PAI.

Penelitian ini bertujuan secara umum untuk membuktikan tentang kondisi objektif kontribusi Kinerja Mengajar Guru dan Fasilitas Pendidikan Terhadap Efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tingkat Sekolah Dasar ( SD ) di Kabupaten Sumba Timur tahun 2010. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar ( SD ) tahun 2010 sebanyak 35 orang dengan sample 30 0rang, diambil berdasarkan area sampling ( kluster sampling ). Data dikumpulkan melalui angket tertutup. Data yang terkumpul diolah dan analisis dengan menghitung tingkat korelasi bivariat ( pearson ) dan parsial serta analisis regresi linear. Berdasarkan Pengolahan hasil penelitian dengan perhitungan korelasi pearson diperoleh koefisien korelasi 0,474 dan koefisien determinen 22,4 % serta persamaan regresi Y=52,152 + 0,245 X1 + 0,540 X2.


Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru dan fasilitas pendidikan berkontribusi positif terhadap efektifitas pembelajaran PAI. Efektifitas pembelajaran tidak sepenuhnya mendapat kontribusi dari kinerja mengajar guru dan fasilitas pendidikan, melainkan masih ada faktor-faktor lain yang berkontribusiinya dan perlu diperhatikan agar efektifitas pembelajaran lebih ditingkatkan lagi. Rekomendasi yang diberikan agar adanya upaya peningkatan efektiftas pembelajaran dengan melakukan berbagai pendekatan secara integral dan komperhensif melalui sebuah ikhtiar untuk peningkatan kinerja mengajar guru dan ketersediaan fasilitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan memadai, serta upaya lain yang terkait dengan peningkatan efektifitas pembelajaran PAI.