Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan
menganalisis seberapa jauh pengaruh persaingan dan organisasi belajar, sebagai
variabel independen, pada proses transformasi kompetensi intelektual individu,
menjadi modal intelektual organisasi, sebagai variabel dependen. Metode
penelitian yang digunakan ialah deskriptif analisis kuantitatif. Sebagai sampel
ialah dosen-dosen yang bekerja di empat universitas di Bandung, yaitu
Universitas Pasundan, Universitas Widyatama, Universitas Kristen Maranatha, dan
Universitas Katholik Parahyangan.
Data dianalisis dengan menggunakan teknik
kuantitatif dengan perangkat lunak SPSS versi 11 dan Lisrel versi 8,30. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kompetensi intelektual individu dosen di
Universitas Pasundan masuk dalam kategori baik (skor rata-rata 78,4 %),
Universitas Widyatama, baik (skor rata-rata 80,8 %), Universitas Kristen
Maranatha, baik (skor rata-rata 78,6 %), dan Univeritas Katholik Parahyangan,
baik (skor rata-rata 79,6 %).
Secara keseluruhan kompetensi intelektual
individu dosen masuk dalam kategori baik (skor rata-rata 79,36 %). Modal
intelektual organisasi yang dimiliki kelompok dosen Universitas Pasundan masuk
dalam kategori baik (skor rata-rata 75,9 %), Universitas Widyatama, sedang
(skor rata-rata 73,2 %), Universitas Kristen Maranatha, sedang (skor rata-rata
67,8 %), dan Universitas Katholik Parahyangan, sedang (skor rata-rata 73,9 %).
Secara keseluruhan modal intelektual organisasi di universitas yang diteliti
masuk dalam kategori sedang (skor rata-rata 72,70 %).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas
lingkungan belajar yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi antar
disiplin dalam organisasi belajar untuk Universitas Pasundan masuk dalam
kategori cukup baik (korelasi antar disiplin dalam organisasi belajar positif
dan signifikan), Universitas Widyatama, cukup baik (korelasi antar disiplin
dalam organisasi belajar positif dan signifikan), Universitas Kristen
Maranatha, baik (korelasi antar disiplin dalam organisasi belajar positif,
signifikan, dan > 0,5), dan Universitas Katholik Parahyangan, kurang baik
(korelasi antar disiplin dalam organisasi belajar positif sebagian tidak
signifikan).
Pengaruh variabel kompetensi intelektual individu
terhadap variabel dependen modal intelektual organisasi memberikan hasil
sebagai berikut. Untuk keempat universitas, pengaruhnya sangat lemah (koefisien
jalur p < 0,1) dan tidak signifikan.. Pengaruh variabel organisasi belajar
terhadap variabel modal intelektual organisasi terjadi sebagai berikut. Pada
Universitas Pasundan, pengaruhnya kuat (p = 0,43), Universitas Widyatama,
sangat kuat (p = 0,72), Universitas Kristen Maranatha, sangat kuat (p = 0,78),
dan Universitas Katholik Parahyangan, kuat (p = 0,37). Pengaruh variabel
persaingan terhadap variabel modal intelektual organisasi terjadi sebagai
berikut. Pada Universitas Pasundan, pengaruhnya kuat (p = 0,42) dan signifikan;
Universitas Widyatama, sedang (p = 0,16) dan tidak signifikan; Universitas
Kristen Maranatha, sedang (p = 0,11) dan tidak signifikan; dan Universitas
Katholik Parahyangan, kuat (p = 0,38) dan signifikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
variabel organisasi belajar dan persaingan terhadap variabel kompetensi
intelektual individu berbeda untuk jabatan akademik dosen yang berbeda dan
tingkat pendidikan dosen yang berbeda, namun perbedaan ini tidak signifikan.
Sedangkan pengalaman kerja dosen memberikan pengaruh yang berbeda dan signifikan.
Pengaruh masing-masing disiplin organisasi belajar terhadap variabel kompetensi
intelektual individu tidak sama. Yang terkuat ialah disiplin personal mastery,
sedangkan pengaruhnya terhadap variabel modal intelektual organisasi yang
terkuat ialah disiplin shared vision.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
ialah: 1) Di masing-masing universitas yang diteliti, sudah ada organisasi
belajar, namun kualitasnya masih belum optimal. 2) Organisasi belajar dan
persaingan, sebagai variabel independen, memberikan pengaruh yang sedang sampai
dengan sangat kuat terhadap kompetensi intelektual individu dan modal
intelektual organisasi. 3) Pengaruh total organisasi belajar dan persaingan
terhadap modal intelektual organisasi terjadi dengan sedang sampai dengan
sangat kuat di keempat universitas, sedangkan pengaruh tidak langsungnya
terjadi dengan lemah. 4) Personal Mastery merupakan disiplin organisasi belajar
yang memberikan pengaruh paling kuat terhadap kompetensi intelektual individu
menjadi modal intelektual organisasi. Sedangkan Shared Vision memberikan
pengaruh paling kuat terhadap modal intelektual organisasi.
Implikasi dari hasil penelitian: 1) Kompetensi
intelektual individu merupakan modal dasar organisasi dalam membangun dan
mengembangkan organisasi, namun modal dasar ini perlu ditransformasikan menjadi
modal intelektual organisai guna menghadapi persaingan. 2) Untuk
mentransformasikan modal dasar ini perlu lingkungan yang kondusif yaitu
organisasi belajar. Oleh karena itu organisasi harus menjadi organisasi yang
belajar. 3) Persaingan antar perguruan tinggi makin lama makin ketat. Untuk
memenangkan persaingan ini perguruan tinggi harus bermutu, terutama mutu dosen.
Karena itu mutu dosen yang tercermin dalam kompetensi intelektualnya perlu dan
harus ditingkatkan. Rekomendasi: (1) Dosen PTS harus meningkatkan kompetensi
intelektual individunya karena kompetensi merupakan modal dasar dalam
pembentukan modal intelektual organisasi, (2) Lingkungan belajar yang
dicerminkan dalam organisasi belajar hendaknya selalu diusahakan dan dijaga
tetap kondusif, (3) Para dosen PTS perlu memahami dan menyadari bahwa terjadi
persaingan yang ketat dalam pengelolaan PTS untuk dapat survive dan berkembang,
dan 4) Perlu dilakukan studi lanjut tentang faktor-faktor lain yang
mempengaruhi transformasi kompetensi intelektual individu menjadi modal
intelektual organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar